Oleh: Dr. Hakimuddin Salim, MA
Semoga pagi ini akan menjadi saksi akan kerja dan langkah kita melahirkan generasi Qur’ani. Allah berikan kita kesempatan duduk bersama untuk mensyurakan bagaimana menjalankan amanah dakwah ini dengan sebaik-baiknya.
Allah SWT berfirman :
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat” (QS. Al Baqarah: 214)
Apakah kalian semua mengira akan masuk surga, padahal belum pernah datang kepada kalian cobaan yang pernah dialami orang-orang sebelum kalian. Mereka merasakan kesulitan, kepedihan dan ancaman. Bukan sekedar ancaman biasa atau ketakutan karena kelemahan jiwa, tapi ancaman eksternal.
Sebab kadang ketakutan itu muncul karena lemahnya jiwa, padahal di sekitar biasa-biasa saja. Pada orang-orang terdahulu ini memang karena kondisi saat itu yang benar-benar berat, bukan karena lemahnya jiwa mereka. Diantara mereka ada yang sampai dibakar seperti Ashābul Ukhdūd, ada yang sampai disisir kepala dengan sisir besi, sampai menggoncang diri dan kehidupan mereka.
Para sahabat pun mengalami situasi yang keras dengan penuh keterbatasan dan minimnya kemampuan menghadapi musuh Islam. Pada Perang Badar, Perang Uhud dam juga pada Perang Ahzab, saat mereka dikepung pasukan sekutu. Itu semua adalah syadā’id dan goncangan hidup yang mereka hadapi, sampai ada yang bertanya, matā nashrullah, kapankah datangnya pertolongan Allah?
Ini perlu kita tadabburi untuk menyadarkan diri kita bagaimana kita memerangi perang. Perang melahirkan generasi pejuang, generasi rahilah, yang akan meneruskan estafet perjuangan kita di masa akan datang.
Tidak usah jauh ke umam sabiqah, atau para sahabat. Yang akhir-akhir ini terjadi seperti di Gaza misalnya, daerah sekitarnya dikuasai zionis Israel, negara di daerah perbatasan di sekitar mereka tidak bisa melakukan apapun karena takut atau sudah membuat perjanjian dengan musuh. Namun dalam kondisi seperti itu, mereka masih sempat kaderisasi.
Universitas Gaza itu penampakan fisiknya cakep banget. Gaza bisa punya kampus yang sementereng itu. Ketika kami di Universitas Madinah mau mencari makalah ilmiah dengan topik-topik tertentu, paling sering muncul makalah internet itu dari Universitas Gaza dalam lintas disiplin.
Dalam kondisi perang, blokade, kadang gencatan senjata, minimnya aliran listrik bahkan dibeberapa daerah listrik tidak bisa masuk, logistik makanan tidak bisa masuk, mereka masih bisa produktif. Bahkan jumlah doktor dan penduduk, ternyata Palestina masih termasuk tertinggi di dunia. Dibandingkan dengan Indonesia, kalah jauh. Dengan keterbatasan dan gangguan keamanan, setiap tahun mereka mewisuda ribuan para huffaz Al-Qur’an. Mereka sangat produktif.
Di negeri kita ini, tentu banyak rintangan dan masalah. Memang ini ujian dari Allah. Sengaja, Allah ingin bertanya kepada kita apakah pantas masuk surga padahal belum terbukti mana yang terus berjuang dan bersabar atas ujian.
Redaktur: Raihan Zadu Jihad