Mentari pagi yang berlindung di balik mendung menjadi payung teduh yang menghiasi pagi hari di PPTQ Ibnu Abbas Putra, Troso, Karanganom (28/01). Bertempat di Masjid Dr. Mu’inudinillah, Ustadz Kusyaeni, S. Pd. I membuka agenda Parade Tasmi’ Kuttab Ibnu Abbas yang ketiga dengan mengucapkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT dan shalawat teriring salam pada Baginda Nabi Muhammad SAW.
Parade Tasmi’ yang mengambil tajuk “Wahai Abi Ummi, Hafalanku adalah Cinta Ilahi Untukmu” ditujukan sebagai bentuk rasa syukur atas naungan cinta Allah kepada asatidzah, santri dan orang tua santri. Selain itu, parade tasmi’ ini juga menjadi bentuk apresiasi pada santri yang sudah berhasil menyelesaikan juziyyah. “Semoga sedikit apresiasi ini menambah semangat ananda semua memacu diri untuk lebih bersemangat lagi menghafal al Quran.” Ucap syukur Ustadz Kusyaeni, S. Pd. I.
Acara Parade Tasmi’ ini diwarnai dengan pentas tasmi’ oleh para santri Kuttab Ibnu Abbas sekaligus pemberian ifadah dan syahadah kepada para santri. Selain tasmi’, santri Kuttab Awwal juga menampilkan mufrodat bahasa Arab dan Indonesia. Kemudian, acara masuk kepada agenda kajian untuk para orang tua santri Kuttab Ibnu Abbas yang disampaikan oleh Ustadz Wulan Pintoko, B. Ed.
“Nikmat majelis. Kita hadir disini bukan hanya formalitas saja. Tetapi sebagai wujud syukur. Syukur karena dipercaya syukur karena dakwah. Tidak hanya formalitas juga adalah sholawat. Sehingga ketika kita bersholawat maka kita betul betul memdoakan nabi. Maka sesungguhnya doa itu akan kembali kepada kita.” Salam pembuka yang disampaikan oleh Ustadz Wulan Pintoko, B. Ed yang mengingatkan kita untuk terus mampu bersyukur.
Selain itu Beliau juga menyampaikan kepada kita beberapa hal. Pertama, seperti yang disampaikan oleh Sayyidina Ali, علموا أنفسكم maknanya kita diminta kita belajar terlebih dahulu. Kita harus menjadi teladan menjadi pembelajar. Sama halnya seperti kita harus belajar dulu menjadi orang tua sebelum kita menjadi orang tua seutuhnya di kemudian hari.
Kedua, Ketika berbicara mendidik anak, ada sebuah penelitian. Contohnya kita disuruh oleh Allah ibadah. وما خلقت الجن الإنس إلا ليعبدون. Dinamakan ibadah itu menghasilkan rasa cinta. Semakin bertambah ketundukan. Juga rasa takut kepada Allah. Harapannya kira disini kita mendapat ridho Allah. Khususnya dengan sarana pendidikan. Nasihat itu mudah, tapi yang bermasalah adalah menerimanya. Karena di dalam hati orang-orang yang mengikuti hawa nafsu, sebuah nasihat itu rasanya pahit.
Ketiga, Disampaikan syeikh Muhammad Nur Suwaid menyampaikan penelitian selama 10 tahun. Pendidikan ( تربية) proses amaliyah pembangunan pribadi seorang anak sedikit demi sedikit sampai lengkap dan sempurna. Maka dalam mendidik kita harus melihat prosesnya karena itulah unsur pertama dan paling utama dalam pendidikan. Baik dalam proses tarbiyah dzatiyah maupun tarbiyah ijtimaiyyah. Terakhir Ustadz Wulan Pintoko, B. Ed mengingatkan bahwa akal tidak cukup bila tidak dibekali dengan wahyu atau hidayah. Karena wahyu itu berarti ilmu dan amal.
Agenda Parade Tasmi’ ditutup dengan pemberian sekuntum bunga dan juga air zam-zam yang diberikan oleh para santri kepada para orang tuanya masing-masing sebagai simbol rasa terima kasih. Pemberian bunga dan air zam-zam diwarnai isak dan tangis para orang tua yang terharu atas hadiah yang diberikan oleh putra-putrinya. (Humas Kuttab IA/Ed-Raihan Zadu Jihad)