G
N
I
D
A
O
L

Menutup Semester Ganjil, Kuttab Gelar POMG

Kuttab Ibnu Abbas Klaten menggelar Pertemuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG) Tahun Pelajaran 2022/2023 untuk memparipurnakan Semester Ganjil yang telah dilalui para asatidzah dan santri, Sabtu Pagi, (17/12/2022).

Acara yang diadakan di Aula Lantai 3 Kuttab Ibnu Abbas ini dihadiri oleh para wali santri Kuttab Ibnu Abbas yang dimulai dengan lantunan tilawah oleh salah satu asatidzah Kuttab Ibnu Abbas Klaten, Ustadz Muhammad Hadid Dhiyaulhaq demi mengharap sepenuhnya berkah mengiringi acara pagi hari tersebut.

Ustadz Kusyaeni, S. Pd. I selaku Kepala Kuttab Ibnu Abbas Klaten mengingatkan kepada para walisantri pada sambutannya, “Setiap perjuangan ada usahanya, setiap usaha harus kita apresiasi. Ada santri yang menjalankan semester ini dengan baik, barangkali ada yang perlu jerih payah lebih. Semuanya harus kita syukuri dan apresiasi kepada Ananda kita yang sudah berjuang.”

Selain mengapresiasi setiap Ananda santri Kuttab Ibnu Abbas yang sudah melaksanakan semester ganjil ini sebaik-baiknya, Ustadz Kusyaeni juga memberikan apresiasi penuh kepada wali santri yang hadir paling dahulu dengan memberikan buku, salah satunya adalah buku buah karya tulisan para asatidzah Kuttab Ibnu Abbas yang baru saja selesai dicetak.

Selanjutnya beliau berharap agar supaya ilmu yang sudah didapatkan mampu diaplikasikan oleh para santri Kuttab Ibnu Abbas. Karena ilmu bukan hanya sekedar kumpulan pengetahuan namun juga perlu untuk diamalkan.

Dalam POMG yang bertema “Berkah Orang Tua Sholih Melahirkan Generasi Sholihin” yang juga disampaikan oleh Ustadz Kusyaeni, beliau menyampaikan beberapa perkara salah satunya adalah generasi sholihin ini tidak mampu lahir tiba-tiba muncul dihadapan kita dan di lingkungan keluarga kita. Ada tirakat yang harus dilaksanakan salah satunya adalah menjadi orang tua yang sholih penuh dengan keberkahan untuk anak-anaknya.

Tidak bisa seorang anak tiba-tiba menjadi seorang sholihin hanya dengan cara menitipkan buah hati pada sekolah-sekolah berbasis islam tanpa penanaman nilai dasar islam pada kedua orang tuanya, kecuali atas kehendak Allah SWT.

Beliau memberikan contoh keluarga idaman yang bisa dijadikan benchmarking bagi setiap keluarga yang berupaya mewujudkan takwin baitul muslim, yakni keluarga Ibrahim (a.s) dan keluarga Imran. Keduanya adalah contoh keluarga ideal yang dituliskan Allah melalui firmannya di Al-Qur’an.

Allah SWT berfirman:

إِنَّاللَّهَاصْطَفَىآَدَمَوَنُوحًاوَآَلَإِبْرَاهِيمَوَآَلَعِمْرَانَعَلَىالْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” (QS Ali Imran: 33)

Keluarga ideal inilah dijadikan contoh ketika Nabi Adam dan Nabi Nuh hanya disebut secara individual bukan secara komunal keluarga. Nabi Nuh ditegur oleh Allah saat dia tidak sanggup membimbing anaknya hingga mau naik ke atas bahtera bersama orang-orang beriman. Allah berfirman:

 

قَالَيَانُوحُإِنَّهُلَيْسَمِنْأَهْلِكَإِنَّهُعَمَلٌغَيْرُصَالِحٍفَلَاتَسْأَلْنِمَالَيْسَلَكَبِهِعِلْمٌإِنِّيأَعِظُكَأَنْتَكُونَمِنَالْجَاهِلِينَ

”Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya ia adalah perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (QS Hud: 46)

Teguran yang didapatkan oleh Nabi Nuh setelah Allah menenggelamkan anaknya bersama orang-orang kafir. Sedang keluarga Imran yang terdiri dari pasangan suami istri dan dua orang putri perempuan itu semuanya adalah hamba Allah yang taat dalam berkhidmat.

Sebagaimana kisah dalam Al-Qur’an:

ذْ قَالَتِ ٱمْرَأَتُ عِمْرَٰنَ رَبِّ إِنِّى نَذَرْتُ لَكَ مَا فِى بَطْنِى مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [Quran Ali Imran: 35]

Putri tertua keluarga Imran adalah Asy-ya’ yang menikah dengan Nabi Zakaria (a.s), sedangkan saudarinya adalah Maryam, ibu dari Nabi Isa (a.s) dan merupakan wanita terbaik dan tersempurna sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad S.A.W:

Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda,

كَمَلَ مِنَ الرِّجالِ كَثِيرٌ، ولَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّساءِ إلَّا مَرْيَمُ بنْتُ عِمْرانَ، وآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وفَضْلُ عائِشَةَ علَى النِّساءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ علَى سائِرِ الطَّعامِ

“Lelaki yang sempurna jumlahnya banyak. Dan tidak ada wanita yang sempurna selain ‎Maryam binti Imran dan Asiyah istri Firaun. Dan keutamaan Aisyah dibandingkan ‎wanita lainnya, sebagaimana keutamaan ats-Tsarid dibandingkan makanan lainnya.” ‎‎(HR. Bukhari, no. 5418 dan Muslim, no. 2431)

Terakhir ustadz kusyaeni menyampaikan terkait bagaimana potret keluarga Ibrahim (a.s), seperti:

  1. Keluarga yang banyak istighfar
  2. Keluarga yang memiliki Salimul aqidah
  3. Keluarga yang ahli sedekah
  4. Keluarga ahli sujud

Setelahnua agenda POMG ini ditutup dengan doa dan setelahnya adalah acara pembagian rapot dan hasil belajar santri selama satu semester.

Kontributor : Ust Andhika Kusuma Wardana