Ibnuabbasklaten.com- PPTQ Ibnu Abbas Klaten menyelenggarakan Khutbah Ta’aruf bagi santri baru di Masjid M. Muinudinillah Basri Kampus 2 Putra, Troso, Minggu, (16/7/2023).
Para santri baru hadir diantar orang tua/wali santri sejak pagi hari. Mereka pun dipandu untuk menempati kamar dan fasilitas lainnya yang akan digunakan.
Pada kesempatan khutbah ta’aruf tersebut, Ustaz Dr. Hakimuddin Salim, L.c, MA. selaku Direktur PPTQ Ibnu Abbas Klaten, menyampakan sambutannya.
“Saya ucapkan ahlan wa sahlan wa marban kepada santri dan walisantri baru Ibnu Abbas. Selamat datang di Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Ibnu Abbas Klaten, selamat bergabung menjadi bagian keluarga besar Ibnu Abbas,” kata Ustaz Hakimuddin Salim dilanjutkan memperkenalkan satu-satu pimpinan yang ada di Ibnu Abbas.
Ustaz hakim -sapaan akrabnya- juga menyampaikan terima kasih kepada bapak dan ibu yang telah mempercayakan menitipakan anak-anak ke Pondok Pesantren ini.
“Jazakumullah Khairan Katsiran atas kepercayaannya untuk menitipkan anak-anak bapak ibu sekalian ke pesantren ini. Tentu ini merupakan sebuah pemuliaan, tetapi kami juga menyadari ini merupakan amanah dan tanggung jawab. Yang Rasulullah SAW ingatkan pula: Kita semua adalah pemimpin, dan kita akan diminta pertanggungjawaban atas apa yg kita pimpin. ”, lanjut beliau.
Di penghujung bulan Dzulhijjah ini, beliau juga menyampaikan tarbiyah tentang Nabi Ibrahim AS dalam mendidik putranya, Nabi Ismail AS. Bagaimana beliau berhasil mendidik anak bukan hanya menjadi anak yg sholih tapi juga menjadi seorang Nabi. Bahkan tatkala Nabi Ibrahim mendapati mimpi menyembelih putranya,
Beliau Nabi Ibrahim bertanya: Wahai Anakku, sungguh aku melihat dlm mimpiku aku menyembelihmu, bagaimana menurutmu?
Apa jawaban Nabi Ismail? “Wahai Ayahanda, lakukan apa yg diperintahkan Allah kepadamu. Maka engkau akan mendapatiku menjadi bagian dari orang-orang yg bersabar”.
Kunci yg pertama: Pendidikan yg berlandaskan Tauhid
Bagaimana mengikhlaskan niat karena Allah SWT, termasuk mengikhlaskan hubungan orangtua dan anak. Bagaimana cintanya Ibrahim pada Ismail, seorang anak yang sudah ditunggu kelahirannya puluhan tahun. Begitu lahir, Allah SWT perintahkan beliau utk “menelantarkannya” di sebuah lembah yang tak bermukim oleh siapapun bahkan apapun. Perintah itu beliau tempuh, dan Nabi Ibrahim AS berhasil memiliki skala prioritas dalam cintanya. Beliau memiliki Tauhidul Mahabbah, menempatkan cinta kepada Allah di atas cinta kepada siapapun termasuk anaknya.
Karena kita sayang pada anak kita, sangat memperhatikan masa depannya bukan hanya di dunia melainkan juga akhiratnya, maka kita titipkan ia di pesantren.
Kunci kedua, terutama bagi kita yang LDR atau menitipkan anak di pesantren: Tawakal (pasrah) kepada Allah SWT
Tawakal ini harus seimbang antara ayah dan ibu, harus satu frekuensi. Pasrahnya ini seperti pasrahnya Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar, ketika Nabi Ibrahim AS menempatkan istri dan anaknya di lembah tandus.
Ibunda Hajar bertanya, “Apakah engkau akan meninggalkan kami di sini berdua saja?”.
Nabi Ibrahim AS tak bisa berkata-kata.
Ibunda Hajar kembali bertanya, “Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan ini?”.
Ibrahim AS berkata: Ya.
Apa yg kemudian Siti Hajar katakan? “Kalau ini yang memerintahkan Allah SWT, kalau ini dalam rangka keta’atan dan kebaikan, maka Allah tidak akan menelantarkan kami”.
Maka jika niat kita sudah lurus, visi kita sudah benar, tekad kita menitipkan anak di pesantren, maka pasrahkan pada Allah SWT.
Kunci ketiga: Husnudzan, utamanya berbaik sangka kepada Allah SWT
Nabi Ibrahim AS tak akan mungkin meninggalkan anak dan istrinya, tak akan mungkin hendak menyembelih Ismail di mana pisau itu sudah mengarah ke lehernya, kecuali karena husnudzan kepada Allah SWT bahwa Allah tidak akan mencelakakan hamba-Nya.
“Barangkali bapak-ibu akan menjumpai ketidak-sesuaian dengan ekspektasi yang ada. Ini kok anakku disuruh bersihin toilet, kok disuruh angkat-angkat galon, kok yang bisa dilaundry-in cuma pakaian tertentu. Tidak ada yang kami lakukan di pesantren ini kecuali adalah bagian dari pendidikan. Kita bisa saja menetapkan SPP mahal seperti beberapa pesantren yang lain, sehingga dengan itu kita mudah mengadakan fasilitas-fasilitas berkapasitas mewah. Tetapi, pejuang-pejuang Islam tidak dilahirkan dengan cara seperti itu,” tegas beliau.
“Anak-anak bapak-ibu kita paksa nyuci, minimal pakaian dalamnya sendiri, itu adalah bagian dari pendidikan. Pesantren bukan hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga mengajarkan cara hidup. Kita tidak menginginkan kecuali perbaikan. Jadi mohon husnudzon, kami juga tidak menutup pintu kritik dan nasihat,” imbuhnya
Terakhir Ust Hakim mengingatkan kepada walisantri untuk titipkan anak-anak kepada Allah SWT
“Kami memang pesantren, namun tak ada jaminan 100% pesantren ini aman. Kami berusaha memfilter santri-santri terbaik dari 1000 lebih pendaftar yg hanya kami terima 400-an santri. Kami berusaha menyaring SDM-SDM terbaik, namun tak ada jaminan mereka semua akan terus menjadi orang baik. Kami juga tidak bisa menjamin benar-benar 24 jam membersamai anak-anak bapak-ibu,” jelasnya.
أَسْتَوْدِعُكُمُ اللهَ الَّذِيْ لاَ تَضِيْعُ وَدَائِعُهُ
Aku titipkan dirimu kepada Allah SWT, Dzat yg tak pernah menyia-nyiakan apa yg dititipkan kepadaNya.
Aku titipkan dirimu, agamamu, amanahmu, dan kesudahan hidupmu kepada Allah SWT.
“Kami di sini berusaha maksimal, tolong bapak-ibu di rumah bersamai kami dengan doa. Karena doa orangtua untuk anaknya adalah doa yg mustajab. Kita saling bekerjasama, tolong-menolong, berhusnudzan & bertawakal kepada Allah SWT dalam mendidik anak-anak kita”, pungkasnya.
Sementara itu, Ustaz Ali Hufron, S.IP. selaku Ketua Badan Perencanaan Pelatihan Penjamin Mutu Pendidikan, menyampaikan momen khutbah ta’aruf untuk memperkenalkan 3 pilar pendidikan untuk menjadi lembaga pendidikan Islam yang unggul.
Tiga pilar tersebut, pertama adalah pilar Tahfidz yang bertanggung jawab unit ketahfidzan, kedua pilar akademik yang bertanggung jawab Sekolah, dan pilar akhlak yang bertanggung jawab unit kesantrian penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra sekolah. “ketiga pilar ini saling terikat,” ujar Ustaz Ali.
Acara Khutbah Ta’aruf ditutup dengan Do’a dan sholat ashar berjamaah.