ibnuabbasklaten.com-sesungguhnya Allah SWT telah memberikan kita nikmat yang sangat besar ketika memberikan kita karunia nikmat Al Qur’an. Inilah nikmat yang paling besar setelah nikmat iman dan islam. Saya membandingkan para remaja dan pemuda yang masih belia tetapi mereka telah menghafal Al Qur’an, ada yang baru bisa menyelesaikan setengah hafalannya dan ada yang sudah menyelesaikan hafalannya. Saya membandingkan mereka dengan para pendeta dan pemuka senior dari orang-orang yahudi dan nasrani mereka dalam seusia itu belum mampu menghafal kitab Taurat dan Injil. Maka dari itu menhafal Al Qur’an merupakan salah satu kenikmatan yang besar dari Allah SWT.
Pada kesempatan kali ini, Ustaz Umarulfaruq Abubakar, selaku Host Ibaska TV berkesempatan untuk podcast bersama Guru Besar Universitas Shan’a dan merupakan anggota Majelis Ulama Yaman, Prof. Rasyid Mansur Muhammad, pada, Minggu 13 Juni 2021, di Studio Ibaska TV. Mereka berbincang seputar hidup bersama Al Qur’an.
Kenapa hidup bersama Al Qur’an itu penting?
yang pertama adalah karena betapa sedikitnya orang yang hidup bersama Al Qur’an. Ada orang yang memilih hidup menjadi olahragawan, ilmuan dan lain-lain tetapi yang memilih untuk hidup bersama Al Qur’an itu sedikit. Kemudian yang kedua penting untuk memperhatikan bagaimana kita merancang hidup bersama Al Qur’an sebab hidup bersama Al Qur’an adalah sedekah yang terus menerus mengalir akan memberikan berkah kepada orang sekitarnya. Kemudian yang ketiga hidup bersama Al Qur’an akan mewujudkan kehidupan yang baik yang dari situ akan muncul berbagai nikmat lainnya. Hidup bersama Al Qur’an adalah hidup yang paling agung dan menjauh dari Al Qur’an akan menyebabkan berbagai macam kegelisahan dalam kehidupan. Yang berikutnya hidup bersama Al Qur’an menjadikan kita orang yang terbaik, Rasulullah SAW bersabda,
“ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ”
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”
Bagaimanakah cara kita hidup bersama Al Qur’an?
Yang pertama kita harus melihat teladan dari kehidupan Rasulullah SAW. Walau Rasulullah SAW sibuk, beliau selalu membaca Al Qur’an baik dalam sholat-sholat fardhu maupun nawafil bahkan ketika sholat Qiyamul Lail bacaanya dipanjangkan. Berikutnya beliau membaca Al Qur’an pada saat Khutbah Jum’at. Mengutib ayat-ayat dalam khutbah beliau. Kemudian beliau hidup bersama Al Qur’an dalam adzkar (dzikir pagi dan sore). Beliau hidup bersama Al Qur’an dalam majelis iman bersama Malaikat Jibril saat beliau menerima wahyu maupun ketika beliau menyetorkan hafalan. Dan juga Nabi Muhammad SAW hidup bersama Al Qur’an ketika iktikaf saat 10 hari terakhir dan 20 hari terakhir di penghujung kehidupan beliau.
Saat ini kita bisa ikut terus mendengarkan Al Qur’an kapan dan dimanapun. Saat kita di dalam mobil, di dapur dan maupun di mana saja kita bisa membuka youtube sambil mendengarkan Al Qur’an. Kemudian beliau juga mengamalkan Al Qur’an dan mewujudkan nilai-nilai Al Qur’an di dalam kehidupan beliau.
Bagaimana cara Rasulullah dan para Sahabat membagi bacaan harian mereka?
Dari beberapa riwayat, yaitu dengan hitungan tiga, lima, tujuh, sembilan dan Mufaṣṣal. maksudnya pada hari pertama membaca tiga surah. Surah Al-Baqarah, Ali-‘Imran dan An-Nisa’. Kemudian hari berikutnya membaca lima surah. Berikutnya hari ketiga membaca tujuh surah. Hari berikutnya membaca Sembilan surah dan yang terakhir membaca Surah Al- Mufaṣṣal. Jadi Para Sahabat membaca sekitar lima sampai enam Juz perhari.
Bagaimana kita hidup bersama Al Qur’an pada zaman ini?
Yang pertama adalah dengan duduk dan belajar dari ahli Al Qur’an. Rasulullah SAW dalam haditsnya mengingatkan agar para ahli Al Qur’an untuk mengajari orang yang belum mengerti tentang Al Qur’an. kalau tidak dilakukan, Allah SWT akan menurunkan azab kepada mereka. Yang kedua kita harus membaca Al Qur’an secara rutin. Minimal satu Juz setiap hari kalau tidak bisa baca ayat-ayat pilihan atau bacalah minimal satu ayat. Selanjutnya yang ketiga kita berusaha untuk menghafalnya. Kalau kita terlambat karena faktor usia atau yang lainnya jangan sampai anak-anak kita pun terlambat karena kita tidak membiasakan mereka menghafal Al Qur’an sejak kecil. Lalu yang keempat dengan mengulangi (murojaah) Al Qur’an ayat-ayat yang sudah kita hafalkan. Kemudian yang kelima kita harus berusaha untuk selalu mendengarkan Al Qur’an dengan keadaan apapun. Lalu yang keenam ketika ada yang tilawah kita harus khusu’ mendengarkannya. Selanjutnya yang ketujuh kita berusaha menghadirkan hakikat dan makna-makna yang terdapat dalam ayat-ayat tersebut. Misalkan kalau kita membaca atau mendengarkan ayat tentang surga dan neraka, kita harus hadirkan surga dan neraka ada dihadapan kita. Berikutnya yang kedelapan adalah kita merespon dengan cepat apa yang kita baca. Misalkan kita baca:
“قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ”
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya” (QS 24:30)
Setelah itu kita melihat diri kita, apakah kita termasuk dalam orang-orang yang dimaksud. Kemudian yang kesembilan kita berusaha untuk berakhlak dengan akhlak Al Qur’an. Contohnya dalam Firman Allah SWT :
“وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا”
“Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati” (QS 25:63)
Ada rangkaian akhlak-akhlak hamba Allah SWT disitu. Apakah kita sudah bisa berakhlak seperti itu? Kalau belum kita paksakan diri kita agar bisa memiliki akhlak-akhlak seperti itu. Kemudian yang kesepuluh kita berusaha untuk membantu mengajarkan Al Qur’an di sekolah. Dan yang terakhir kita berusaha untuk membuka halaqah-halaqah Al Qur’an di tempat kita berada.
Tonton Videonya hanya di Channel YouTube IBASKA TV, Menebar Inspirasi Qur’ani. [Humas Media : Raihan Z.J]