Oleh: Dr. Hakimuddin Salim, MA
Pagi penuh hamasah dalam usaha melahirkan generasi rabbani, qurani, ulul albab, dan beraqidah ahlu sunnah wal jamaah.
Allah SWT bersabda:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah 216)
Ayat ini berkaitan dengan qital, perang, dan kewajiban dari Allah untuk mengangkat senjata. Diwajibkan perang padahal itu sesuatu yang kalian benci. Mungkin saja bisa jadi engkau membenci sesuatu pada hakikatnya itu baik bagi engkau. Atau bisa saja suka padahal itu buruk bagimu.
Ayat ini berkait dengan qital, tapi bisa kita ambil spiritnya bahwa banyak hal hal yang kita benci, itu sesuatu yang berat, tapi Allah wajibkan kepada kita. Padahal zaman terdahulu perang itu biasa. Orang orang arab, khususnya di jazirah arab, perang antar kabilah itu biasa. Mereka menyelesaikan urusannya dengan perang. Itu saja masih dikatakan wahuwa kurhun lakum
Dalam hidup ini ada sesuatu yang tidak kita sukai dan benci seperti yang kita hadapi saat ini.
Dari sisi politik sangat tidak nyaman bagi kaum muslimin. Sebagian dari pejuang islam ada yang calm down, diam, dan berhenti gerak bahkan berganti arah dan banting stir. Padahal ini adalah tantangannya.
Dalam kesehatan beragam kondisi yang kita rasakan. Sebagian kita mulai sakit, harus berhenti sejenak, kondisi di sekitar semakin menakutkan. Amal-amal kita di lembaga ini kita pun semakin berat.
Allah menghibur kita saat berat atau terpaksa melakukan dengan dengan “وَعَسٰٓى” kalimat yang berati harapan. Artinya bisa jadi ini sesuatu yang berat dan membuat kita tidak nyaman tetapi itu baik buat kita. Kalau kita mencari aman, kita pikir itu baik, padahal belum tentu. Kata kuncinya adalah Allah mengetahui dan kita tidak mengetahui.
Ketika kita sadar bahwa itu semua itu bagian dari “kutiba ‘alaikumul qital”
Kalau di lembaga lain tanpa orientasi perjuangan, kita mau bersandar kepada siapa? Apakah kepada kepentingan bos, pimpinan, atau siapa? Lemah sekali
Kalau muara kita jelas, kita bekerja untuk siapa, kepada siapa. Ini membuat orientasi kita jelas. Kita semua meraba-raba. Kita yakin bahwa dalam rangka untuk menjaga Allah, menjaga agama Allah, menjaga amanah Allah, ihfazillaha yahfazka..
Di masa sulit Allah SWT mengingatkan:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا خُذُوْا حِذْرَكُمْ فَانْفِرُوْا ثُبَاتٍ اَوِ انْفِرُوْا جَمِيْعًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersiapsiagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) secara berkelompok, atau majulah bersama-sama (serentak)” (QS. An Nisa: 71)
Kita tetap berhati-hati tapi tidak diam. Tetap bergerak. Kita harus tetap berjalan. Kita harus tetap bergerak. Proses ini tidak boleh berhenti. Semoga ayat ini menjadi booster dan penyemangat bagi kita semua.
Kalau kita kalah, banyak hal yang dikorbankan. Termasuk yang kita korbankan adalah generasi-generasi masa depan. Yang menjadi harapan saat ini adalah pesantren. Ketika harus lebih hati hati dan disiplin sehingga tidak ada ketentuan pesantren harus ditutup.
Semua komunikasi terkait lembaga Ibnu Abbas harus melalui jalur yang semestinya. Ketika ada informasi atau temuan di lapangan, langsung sampaikan kepada pimpinan dan yang berwenang, dan tidak disebarkan kemana-mana.
Hati-hati sebab diantara tabiat orang orang yang di hatinya ada penyakit, dalam hal ini orang-orang munafik zaman Rasulullah, begitu mendapat berita langsung disebar. Seandainya yang menemukan berita ini langsung menyampaikan kepada Rasul atau orang orang yang berwenang, maka tentulah berita tersebut akan disikapi dengan bijak oleh orang yang memiliki kewenangan.
وَاِذَا جَاۤءَهُمْ اَمْرٌ مِّنَ الْاَمْنِ اَوِ الْخَوْفِ اَذَاعُوْا بِهٖ ۗ وَلَوْ رَدُّوْهُ اِلَى الرَّسُوْلِ وَاِلٰٓى اُولِى الْاَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ يَسْتَنْۢبِطُوْنَهٗ مِنْهُمْ ۗ
“Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka (langsung) menyiarkannya. (Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu)” (QS. An Nisa 83)
Redaktur: Raihan Zadu Jihad