Santri PPTQ Ibnu Abbas Klaten melakukan aksi simpatik menolak bahaya LGBT. Aksi tersebut diawali berkumpul di Masjid Al Aqsha dan dilanjutkan longmarch menuju perempatan Plaza Klaten. Selain membawa beberapa poster peserta aksi juga melakukan orasi.
Dalam orasinya, salah satu pengasuh PPTQ Ibnu Abbas Klaten, Ali Ghufron menyatakan Penolakan terhadap LGBT harus disuarakan agar Indonesia menjadi Negara yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofur.
“Penolakan terhadap LGBT harus kita suarakan agar Alloh SWT akan memberikan rahmatnya untuk warga Indonesia kalau kita berani menyuarakan agar kemungkaran lenyap dari bumi Indonesia”, tandas ustadz Ali Ghufron dihadapan ribuan masa yang siap melakukan long march.
Sementara korlap aksi, Wulan Pintoko mengungkapkan aksi pada Ahad pagi adalah aksi untuk menolak LGBT. Aksi dilakukan murni yang dijalankan untuk kedamaian dan memberikan wacana dan pengetahuan kepada masyarakat bahwa LGBT itu adalah penyimpangan, kerusakan, penyakit yang butuh bantuan untuk diperbaiki, disembuhkan dan dibantu agar mereka bisa pulih sebagai orang normal.
“Bertepatan dengan valentine day, karena valentine day relative berhubungan dengan pergaulan bebas maka kita menyuarakan untuk menolak perayaan valentine day”, ujarWulan Pintoko.
Ketua Organisasi Santri Ibnu Abbas Galih Nafan Dzikri menyebut dengan tegas menolak segala bentuk propaganda dan dukungan terhadap upaya legalisasi dan perkembangan LGBT di Indonesia.
Menurutnya, aktivitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender betentangan dengan Pancasila serta UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 dan UU Nomer 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
“Aktivitas LGBT sangat meresahkan masyarakat dan berdampak negatif terhadap tatanan sosial bangsa Indonesia,” lanjutnya. Ahad, (11/2).
Tidak hanya itu, Organisasi Santri Ibnu Abbas pun mendesak pemerintah Republik Indonesia untuk melarang segala bentuk dukungan dana yang diperuntukan bagi kampanye dan sosialisasi LGBT. “Termasuk organisasi internasional dan perusahaan internasional,” tambahnya.
Galih mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap gerakan pelaku dan pendukung LGBT yang berdalih ‘hak asasi’ dan demokrasi untuk menyebarluaskan perilaku menyimpang LGBT.
Selain itu, OSIA juga menentang pernyataan pendukung LGBT yang dengan terang menyebut ‘pondok pesantren merupakan sarang LGBT’. “Menentang bahwa pondok pesantren pendukung maupun sarang bagi pelaku LGBT di Indonesia.” pungkasnya.