Oleh: Kh. Dr. Muh. Mu’inudinillah Basri, MA. Rahimahullah
Pendidikan adalah awal memperbaiki suatu bangsa. Oleh sebab itu, memperbaiki pendidikan dan sistem pendidikan dan konsep pendidikan bagian terpenting dalam kehidupan kita, karena apa? Allah SWT memiliki nama dan sifat yang paling mulia dan paling terkenal adalah Ar-Rabb yang berarti mendidik. Pendidikan akan baik, mana kala kita yang mendidik adalah Allah SWT dan kita dididik dengan pendidikan Allah SWT.
قُلْ اَغَيْرَ اللّٰهِ اَبْغِيْ رَبًّا وَّهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍۗ
“Apakah aku (pantas) mencari tuhan selain Allah, padahal Dialah Tuhan bagi segala sesuatu.” (QS. 6:164)
Ayat tersebut menunjukkan kepada kita bahwa alam semesta ini diciptakan begitu indahnya. Maka kemudian, indahnya slam semesta ini termasuk manusia adalah manakala berjalan dalam rel Allah SWT.
سُنَّةَ اللّٰهِ الَّتِيْ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلُ ۖوَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللّٰهِ تَبْدِيْلًا
“(Demikianlah) sunatullah yang sungguh telah berlaku sejak dahulu. Kamu sekali-kali tidak akan menemukan perubahan pada sunatullah itu.” (QS 48:23)
Sejak dulu alam semesta memberikan kebaikan, baik itu bumi, langit mata air, dan tumbuhan, semuanya berjalan dengan baik. Asal semua itu dikelola dengan baik, dengan sistem Allah SWT.
Dalam dunia komputer di sana dikenal yang namanya hardware dan software. Perangkat keras, perangkat lunak dan alat apa saja itu akan indah ketika antara perangkat lunak dan perangkat kerasnya bagus. Sebaliknya akan rusak dan tidak compatible atau tidak akan baik, mana kala antara perangkat lunak dengan perangkat keras tidak baik.
Perangkat keras computer dibikin tahun 2019 tapi sistem operasionalnya kita memakai tahun 80-an maka tidak akan jalan dan terjadi kerusakan, demikian juga alam semesta ini akan baik mana kala kita kelola dengan sistem Allah. Kalau Alam Semesta ini kita kelola dengan Qur’an, maka akan menghasilkan dokter yang sholeh, akan menghasilkan guru yang sholeh dan produktif, akan menghasilkan presiden yang luar biasa, akan menghasilkan rakyat yang begitu produktif dan luar biasa. Sebaliknya apabila alam semesta ini dikelola dengan sistem di luar Qur’an yakni pikiran manusia, maka hasilnya akan tambah rusak.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia.” (QS. 30:41)
Tujuan Pendidikan
Ternyata tujuan pendidikan sejak zaman dulu hingga sekarang adalah membentuk insan yang saleh. Bukan insan penghafal Qur’an, walaupun menghafal Qur’an bagian daripada modal untuk menjadi sholeh. Namun belum tentu penghafal Qur’an itu saleh, misalnya kisah Yusuf ats-Tsaqafi yang menyembelih ulama, itu hafal Al-Qur’an. Kemudian menyembelih Ali bin Abi Thalib adalah hafidz Qu’an pula, bahkan di dalam Al-Qur’an hafidz Qur’an ada yang menyeleweng. Bukan ilmu yang tinggi- walaupun ilmu yang tinggi diperlukan untuk menjadi orang yang shaleh- tapi belum tentu orang yang berilmu tinggi itu kemudian menjadi saleh. Dikatakan dalam Al-Qur’an:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ الَّذِيْٓ اٰتَيْنٰهُ اٰيٰتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَاَتْبَعَهُ الشَّيْطٰنُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِيْنَ
“Bacakanlah (Nabi Muhammad) kepada mereka (tentang) berita orang yang telah Kami anugerahkan ayat-ayat Kami kepadanya. Kemudian, dia melepaskan diri dari (ayat-ayat) itu, lalu setan mengikutinya (dan terus menggodanya) sehingga dia termasuk orang yang sesat.” (QS. 7:175)
Lebih dari itu, Al-Qur’an juga memberikanperumpamaan orang yang punya ilmu tapi tidak menghormati ilmunya itu seperti “ٱلْكَلْبِ” (anjing):
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنٰهُ بِهَا وَلٰكِنَّهٗٓ اَخْلَدَ اِلَى الْاَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوٰىهُۚ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ الْكَلْبِۚ
“Seandainya Kami menghendaki, niscaya Kami tinggikan (derajat)-nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung pada dunia dan mengikuti hawa nafsunya. Maka, perumpamaannya seperti anjing.” (QS. 7:176)
Orang Saleh
Ketika kita membuka Al-Qur’an maka akan terdapat banyak kata-kata saleh di dalamnya. Misalnya, Allah bicara tentang Nabi Isa maupun Nabi Yahya:
فَنَادَتْهُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَهُوَ قَاۤىِٕمٌ يُّصَلِّيْ فِى الْمِحْرَابِۙ اَنَّ اللّٰهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيٰى مُصَدِّقًاۢ بِكَلِمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ وَسَيِّدًا وَّحَصُوْرًا وَّنَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ
“Lalu, Malaikat (Jibril) memanggilnya ketika dia berdiri melaksanakan salat di mihrab, “Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya yang membenarkan kalimat dari Allah) (menjadi) anutan, menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.” (QS 3:39)
Allah SWT menyebutkan bahwa Nabi Yahya termasuk sebagai as ṣāliḥīn:
كُلٌّ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَۙ
“Semuanya termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. 6:85)
Selanjuntya untuk Nabi Ibrahim, Allah berfirman:
وَلَقَدِ اصْطَفَيْنٰهُ فِى الدُّنْيَا ۚوَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ
“Kami benar-benar telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang saleh.” (QS. 2:130)
Kata sholeh juga disebutkan dalam Al-Qur’an, seperti dalam doa Nabi Yusuf AS:
تَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ
“Wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang-orang saleh.” (QS. 12:101)
Doa tersebut diucapkan ini Nabi Yusuf AS setelah mencapai posisi yang paling tinggi yaitu posisi seorang raja atau seorang menteri saat itu. Kemudian, Nabi Sulaiman AS juga berdoa:
وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ
“(Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS. 27:19)
Bumi ini, kalau Allah ingin menghendaki kebaikan, bumi ini akan baik. Sewaktu-waktu kalau Allah telah melihat orang yang saleh dan mampu mengelola bumi ini secara baik, maka Allah akan berikan bumi ini kepada orang yang saleh. Bumi ini hanya diwariskan kepada orang-orang yang saleh. Adapun kalau enggak saleh namanya ngerebut. Misalnya: perampok-perampok kekuasaan atau perampok-perampok kepimpinan, sebab yang paling berhak menerima kepemimpinan adalah orang yang saleh.
Allah berfirman:
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى الزَّبُوْرِ مِنْۢ بَعْدِ الذِّكْرِ اَنَّ الْاَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصّٰلِحُوْنَ
“Sungguh, Kami telah menuliskan di dalam (Zabur) setelah (tertulis) di dalam aż-Żikr (Lauh Mahfuz) bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.” (QS. 21:105)
Allah SWT hanya akan mengurusi orang-orang yang saleh. Rasulullah SAW mengatakan “Sesungguhnya pelindungku, hanya Allah yang menurunkan Al-Kitab dan Allah membimbing, membina orang yang saleh.”
Ayat dalam Al-Qur’an sangat banyak menyebutkan kata “ٱلصَّٰلِحُونَ”. Hal itu menunjukan bahwa kesalehan adalah cita-cita kita bersama. Orang yang saleh itu artinya kecocokan. Kalau makanan yang saleh dimakan kemudian menimbulkan energi dan tidak menimbulkan sakit itu saleh. Kalau orang saleh adalah cocok sebagai penghuni surga, cocok sebagai hamba Allah, cocok sebagai khalifah di muka bumi ini dan cocok untuk memakmurkan Alam Semesta ini. Maka dari itu, kalau cari mantu, cari suami atau istri, carilah yang saleh sebab itu yang bisa/cocok dan layak menjadi pemimpin umat dan menjadi pemimpin istri. Saleh itu adalah orang yang bisa beramal saleh. Orang yang ilmunya diterjemahkan di dalam amal dan amalnya berdasarkan ilmu yang baik/ilmu yang benar. Allah berfirman:
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۙ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ عَظِيْمٌ
“ Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh (bahwa) bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS 5:9)
Allah SWT juga telah menjanjikan orang yang beramal saleh bahwa mereka akan mendapatkan kehidupan yang baik:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ
“ Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS 16:97)
Bersambung..
Sumber: YouTube Islamic Studio Record
Transkip Audio: Raihan Zadu Jihad, Amd
Editor: Riki Purnomo, S.Sos.