G
N
I
D
A
O
L

Ustaz Mu’in Minta MAPADI Dorong Pesantren Lahirkan Kader Dakwah

Klaten–Majelis Pesantren Ma’had Dakwah Indonesia (MAPADI) Jawa Tengah menggelar rapat kerja wilayah (rakerwil) perdana di Kampus 1 Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Ibnu Abbas, Klaten, Selasa, (27/3/2018).

Sebelum dimulai, Pengurus MAPADI Jawa Tengah yang dipimpin oleh Dr. Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc, MSI, silaturahmi dengan Direktur PPTQ Ibnu Abbas Klaten, DR. Muh. Mu’inudinillah Basri, M.A., yang akrab disapa Ustaz Mu’in.

“Silaturahmi ini selain meminta ustaz Mu’in menjadi dewan penasehat, juga mohon memberikan arahan MAPADI Jawa Tengah ke depan,” kata Ustaz Ahmad.

Ustaz Ahmad menyampaikan MAPADI Jawa Tengah baru dideklarasikan pada 18 Maret 2018 di Temanggung. Pada deklarasi tersebut ada 30 pesantren di Jawa Tengah yang hadir.

Sementara itu, Ustaz Mu’in menyampaikan, agar  MAPADI mendorong seluruh pesantren khususnya anggotanya untuk melahirkan santri yang siap jadi  kader dakwah. Dikatakan, memang semua tujuannya untuk dakwah, namun harus memiliki spesifikasi.

“Dakwah itu kan sangat luas artinya, Apa yang bisa dilakukan dakwah melalui pesantren? Apa spesifikasi dakwah yang bisa diperankan oleh Ma’had, namun tidak ada di pesantren?” ujarnya.

Untuk itu, MAPADI Jawa Tengah ke depannya harus memiliki porgram-program yang mengarah ke sana. Misalnya, membuat pelatihan-pelatihan mengenai ketahfidzan, yang diarahkan pada motivasi para santri dalam menghafal Alquran.

“Coba bikin semacam kegiatan tahfiz, ada program tadabur yang mengarah pada refleksi kehidupan dan pembinaan karakter dakwah. Mereka juga memiliki jiwa ukhuwah dan komunikatif di Masyarakat,” terangnya.

Menurut Ustaz Mu’in lulusan  SMA dari pesantren itu kalau bisa sudah berani menjadi imam di Masjid. Sebab, hal itu masih jarang ada . Artinya, ketika mereka memiliki hafalan Alquran harus diorientasikan untuk dakwah.

“Sederhana saja, buat program menghafal Alquran yang bisa direfleksikan dalam akhlak dan sikap. Bentuk kader-kader dakwah Qur’ani. Bikin dauroh tahfiz, tadabur, dan  refleksi tarbawi Qur’ani,” paparnya.

“Dan pesertanya, harus benar-benar santri yang memiliki ketertarikan terhadap dakwah. Karena banyak penghafal Alqur’an yang pasif. Setelah pelatihan, kalau bisa langsung praktek menjadi imam dan memberikan kultum  di masyarakat,” imbuhnya.

Terakhir, Ustaz Mu’in, berpesan agar MAPADI Jawa Tengah mulai membangun budaya kerja sama antar pondok. Menurutnya, setiap pondok memiliki kelebihan masing-masing. Misalnya, ada yang bagus bidang manajemennya, sistem pembelajaranya, dan tahfiznya maka harus saling kerja sama agar bisa bermanfaat untuk umat. (RK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *