DAN GOA ITU ADALAH IBNU ABBAS
“Ibaratnya di dalam goa, dulu kami diperintahkan untuk membawa batu saat memasukinya. Dan ketika keluar, kami menyesal kami hanya membawa sedikit saja. Padahal batu yang kami bawa ternyata adalah emas yang sangat berharga.”
Saya Sani Kamil Baldan, angkatan ke-2 SMAIT Ibnu Abbas. Sedikit saya ingin berbagi pengalaman sebagai salah satu di antara ratusan alumni santri PPTQ Ibnu Abbas yang dulu pernah merasakan biosfer komune negeri seribu paving di kota bersinar (ibnu abbas klaten). Saat ini saya sedang menempuh pendidikan tinggi tahun kedua di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Jurusan Ilmu Tanah.
Singkat cerita, beberapa minggu yang lalu, tepatnya minggu kedua bulan Desember saya berkesempatan menjadi delegasi Indonesia dalam konferensi international di Malaysia selama seminggu yang diselenggarakan oleh Asia Pasific University Malaysia. Kegiatan ini diikuti oleh berbagai negara diantaranya Australia, Afganistan, Jepang, Amerika, Arab Saudi, Palestina, dan negara negara asia pasific termasuk Indonesia. Konferensi ini membahas isu terkini mengenai permasalahan dunia dan perwakilan dari setiap negara harus memberikan solusi dari permasalahan tersebut dalam bentuk presentasi. Alhamdulillah, dari konferensi tersebut saya mendapat apresiasi beasiswa Masterdegree (S2) di Asia Pasific University.
Sebelum konferensi ini, saya juga pernah mengikuti kegiatan serupa yaitu Asean International Summit di Malaysia bulan Oktober kemarin. Dan tidak menyangkal, bahwa semua itu tidak terlepas dari ketatnya seleksi yang harus dilalui. Dari sekian banyak peserta seleksi, saya bersyukur bias lolos dan ikut berbagai kegiatan internasional seperti ini.
Ajang yang membanggakan tersebut menjawab sekian keraguan terhadap pertanyaan, “Lulusan pondok bisa bersaing nggak ya? Apa hanya di masjid kampus bahas kajian aja?”
Begitulah, saya dulu juga sempat berpikir hal yang sama. Dan tentunya, santri-santri lain juga tidak sedikit yang ragu terkait persaingan global alumni pesantren. Setelah kelulusan, barulah saya menemukan titik kebanggaan menjadi santri Ibnu Abbas. Semoga titik tersebut menjadi sebuah garis panjang yang menemani setiap langkah saya menuju skripsi yang katanya susah. Aamiin.
Dan saya pikir tidaklah berlebihan jika saya apresiasi, bahwa Ibnu Abbas adalah sekolah terbaik yang pernah ada. Ibnu Abbas menyediakan satu paket menu pembelajaran yang mengkolaborasikan antara tahfidz, akademik, dan akhlaq. Ituplah yang jarang sekolah lain menyajikannya. Selain itu, Ibnu Abbas juga unggul dalam berbagai bidang, seperti kemampuan bahasa asing (Arab dan Inggris) karena ada jam khusus untuk berbahasa asing tersebut. Ada pula kegiataan non akademik lainnya seperti ektrakulikuler (basket, futsal, melukis, berkuda, dan memanah).
Ibnu Abbas memang masih sangat muda secara usia. Namun prestasinya melejit dan terus meroket kualitasnya dari tahun ke tahun. Dan dilihat dari progresnya, Ibnu Abbas selalu mengalami perkembangan dari sisi akreditasi, ranking nilai ujian, maupun infrastrukturnya. Ibnu Abbas memiliki menu komplit target mimpi masa depan yang baik. Ketika ingin menjadi ulama besar, ikutlah ektra kelompok persiapan ulama. Jika ingin menjadi saintis, ikutlah kegiatan ektra keilmiahan dan OSN. Jika ingin menjadi seorang hafidz qur’an yang saintis bahasa asingnya mahir, ikutlah kegiatan yang disajikan ibnu abbas dan aktiflah disana karena memang itulah hak santri.
Tak lupa saya ucapkan pula terimakasih sebesar-besarnya untuk para asatidz yang tak lelah memotivasi kami. Salah satunya beliau ustadz Ali yang selalu memberikan semangat “alumni harus go-nasional, go-internasional” dan berbagai motivasi lainnya.
Adapun tingkat kualitas sekolah bias dilihat dari seberapa baik lulusannya. Sebab sekolah sendiri adalah sebuah pabrik untuk mencetak sebaik baiknya produk. Menurut data yang ada di Fushilat (Forum Silaturahim Alumni Ibnu Abbas Klaten), alumni sudah tersebar di perguruan tinggi negeri maupun agama baik di Indonesia maupun di luar negeri. Diantaranya, UNS, UGM, IPB, ITS, ITB, LIPIA, Annuaymi, Mesir, Turkey, Jerman, dan banyak lagi yang belum bisa disebutkan.
Terakhir, selamat berjuang untuk calon santri baru, baik SMP maupun SMA. Memang tes seleksi masuk di Ibnu Abbas lumayan susah. Namun ketika sudah masuk, kalian adalah orang yang paling beruntung, Ibnu Abbas ibarat sebuah goa, yang di dalamnya menyimpan banyak batu-batu emas. Jangan menyesal seperti kami, yang hanya membawa keluar sedikit batu dari sana.
Wassalam.