G
N
I
D
A
O
L

Santri Ibnu Abbas Ikuti Pengajian Maulid bersama Syeikh Muhammad Husain Al Ghaul

ibnuabbasklaten.com – PPTQ Ibnu Abbas Klaten kedatangan seorang tamu kehormatan yang datang dari belahan bumi bagian timur, yakni Baitul Maqdis, Palestina. Beliau adalah Syeikh Muhammad Husain Al Ghaul. Kedatangan Beliau untuk mengisi Kajian Pada 2 Kampus yakni Kampus 1 Belangwetan (11/10) dan Kampus 2 Troso (15/10).

Syeikh Husain telah menyelesaikan Hafalan Al-Qur’annya sejak kecil, serta menguasai dua sanad qira’at yakni Hafsh ‘an Ashim dan Syu’bah ‘an Ashim. Sekarang tengah menyelesaikan program Doktoralnya di Jami’ah Al Alamiyyah, Malaysia. Beliau datang tak lain tak bukan ialah untuk menjalin silaturahmi. Selain itu beliau juga memberi banyak motivasi-motivasi untuk apa kita menghafal Al-Qur’an juga menyadarkan kita bagaimana keadaan saudara muslim kita di palestina sana. Diawali dengan Syaikh bertanya, “Mengapa kalian menghafal Al-Qur’an dan mau menghafalkannya?” Lalu salah seorang santri; Yahya kelas 12 menjawab  “Ialah untuk memberi mahkota kemuliaan kepada ke-dua orang tua, serta juga untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan beliau menegaskan bahwa sebaik-baik kita adalah yang menghafalkan dan mengamalkan Al-Qur’an. Aisyah RA pernah berkata bahwa akhlaq Rasulullah SAW adalah akhlaq Al-Qur’an atau seumpama Al-Qur’an yang berjalan di bumi.

Al-Qur’an Dusturuna. Ia merupakan jalan hidayah dan kabar gembira untuk orang-orang mukmin, dan telah disiapkan pahala besar untuk mereka. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa “Barang siapa yang membaca Al-Qur’an, pada setiap hurufnya terdapat 10 kebaikan. Bukan Alif Lam Mim 1 kebaikan, namun Alif 1 kebaikan, Lam 1 kebaikan, dan Mim 1 kebaikan, dan setiap 1 kebaikan dilipat gandakan 10 kali.

Ahlul Qur’an merupakan keluarga Allah di dunia ini dan diberikan kekhususan kepada mereka. Adalah untuk mempelajari dan mengamalkan Al-Qur`an hingga akhir hayat, serta membacanya dengan tartil dan irama yang indah. Keindahan Al-Qur`an baik lafadz ataupun serat maknanya telah jauh melebihi lagu atau masjid-masjid yang sering kita dengarkan. Beliau memberikan contoh dengan menyanyikan nasyid, dan kalian mendengarkannya dengan seksama menganggapnya bagus, Namun apakah perasaan kita sama ketika mendengarkan Al-Qur’an, padahal Allah SWT telah berfiman dalam QS. Al-A`raf : 204

“…wa anshitu la’allakum turhamuun

disana terdapat lafadz anshitu yang berarti diam dan dengarkanlah, bukan hanya menyimak biasa.

Sebelum menutup, beliau menampilkan sebuah film dokumenter tentang palestina yang menerangkan bahwa Masjid Aqsha merupakan kiblat pertama umat islam selama sekitar 17 bulan, yang dibangun oleh Nabi Adam 40 tahun setelah pembangunan Ka’bah dan Masjid Qubatus Shahrah yang terletak di kompleks Masjid Aqsha merupakan tempat Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Video tersebut juga menampilkan kekejaman-kekejaman zionis kepada rakyat palestina. Perempuan-perempuan diseret keluar dan dipukuli, para media dan wartawan yang seharusnya dilindungi oleh hukum internasional tidak berlaku ketika di palestina. Penyemprotan gas Air Mata di masjid-masjid palestina. Serta tim medis yang dilarang melayani pasien padahal sedang kritis.

” TIDAK AKAN TUNDUK UMAT YANG PEMIMPINNYA MUHAMMAD” adalah prinsip para rakyat palestina dalam melawan penjajah. Mungkin kita sedang bahagia disini, bisa tertawa lepas, dan tentunya makan enak, tidur nyenyak tanpa gangguan apapun, jangankan desingan peluru bahkan keadaan saudara-saudara kita di palestina sana dan lantas apa kontribusi kita?

Sebagai saudara seiman kita sangat berkewajiban untuk membantu saudara kita disana. Seperti sabda Rasulullah SAW, ketika Maimunah berkata “Wasiatkanlah kami tentang Baitul Maqdis.” Rasulullah menjawab “Datangilah Baitul Maqdis dan shalatlah didalamnya.” Perawi mengatakan pahala shalat di Baitul Maqdis 500 kali atau 1000 kali lipat dari shalat di masjid biasa. Lalu Maimunah bertanya lagi “Namun bagaimana jika tidak bisa?” Rasulullah menjawab “Maka berikanlah minyak untuk penerangnya. Barang siapa yang memberikannya maka seolah ia telah mendatanginya.” HR. Ahmad. Minya yang dimaksud ialah apapun yang bisa kita beikan untuk penerangan atau membantu operasional kegiatan.

Kajian ditutup dengan mendengarkan nasyid El Thoufuli bersama-sama.

(Ust Raihan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *