G
N
I
D
A
O
L

Talk Show Halal Bihalal 2018, Dari Keluarga Generasi Qur’ani Bermula

Klaten—Momentum halal bihalal keluarga besar PPTQ Ibnu Abbas Klaten (Ibaska) 2018 dimanfaatkan untuk talk show mengenai “Dari Keluarga Generasi Qur’ani Bermula, di Kompleks PPTQ Ibnu Abbas Putri, Belangwetan, Klaten, Ahad, (15/7/2018).

Acara ini dihadiri wali santri, undangan, pemerintah Kabupaten Klaten, yayasan, dan pimpinan pondok. Dalam talk show tersebut dimoderatori oleh Sekretaris PPTQ Ibnu Abbas Klaten, Ustaz Umarulfaruq Abubakar,Lc, M.H.I. dengan pembicara, Direktur PPTQ Ibnu Abbas Klaten dan dua wali santri.

“Ibarat bangunan, keluarga itu adalah bahan dan pondasinya. Sementara sekolahlah yang akan melengkapi sebuah bangunan yang utuh,” ujar ustaz Umar.

Wali Santri Hafizah Safana Mardhiya, Drs Faiz Ismaryono, sebagai pembicara pertama mengungkapkan kata Qur’an dalam tema tersebut sangat berat. Oleh karena itu, harus disepakati generasi Qur’ani seperti apa yang akan dibentuk.

“Generasi Qur’ani adalah bersumber dari air Al-Qur’an dan sunah,” ujar seorang ayah dari 14 anak ini.

Ustaz Ismaryono menjelaskan generasi tersebut harus menyusui atau mengambil dari Al-Qur’an dan sunah untuk menjadi alat hidup di dunia dan akhirat. Untuk itu, mulai dari pola pikir dan tindakan mereka dijiwai oleh Al-Qur’an dan sunah.

“Jadi, Al-Qur’an dan sunah menjadi landasan bukan sebaliknya hanya sebagai nasihat,” paparnya.

Pihaknya menjelaskan,  ketika di rumah selalu berdiskusi dengan anak-anaknya tentang perilaku apa saja dari anggota keluarga yang melanggar Al-Qur’an. Hal itu dilakukan agar setiap perilaku keluarga benar-benar berlandaskan Al-Qur’an, bukan karena seseorang.

“Inilah pola yang saya terapkan dalam mendidik keluarga, yakni menyamakan visi dan misi,” ujarnya.

Wali Santrri Hafiz Muhammad, Abdul Basit Basith, ST, MSi. PhD., sebagai pembicara kedua menjelaskan pendidikan yang ideal dalam keluarga itu sebagaimana pesan Rasul harus dimulai dari orang tua. Menurutnya, tujuan pendidikan Islam dalam keluarga ialah membentuk anak-anak yang mandiri menjadi hamba Allah.

“Inilah ketika saya membujuk mas Muhammad untuk mondok di Ibnu Abbas Klaten,” papar dosen Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini.

“Saya taruh kamu ke sini (Ibnu Abbas Klaten), bukan kami ndak sayang tapi ini terkait masa depanmu. Kalau kamu menjaga Al-Qur’an, InsyaAllah Allah akan menjagamu,” katanya saat memberikan pesan kepada putranya.

Ustaz Basith mengungkapkan urgensi keluarga dalam membina generasi Qur’an ialah untuk menyelamatkan aset berharga yakni anak-anak, ketika nanti para orang tua sudah di akhirat.

Dikatakan, pihaknya sempat tidak yakin anaknya bisa mengikuti pendidikan hafalan Al-Qur’an. Untuk itu, ustaz Basith terus mencanangkan semua anaknya hafal Al-Qur’an agar menajdi amal jariyah.

Sementara itu, Direktur PPTQ Ibnu Abbas Klaten, Dr. Muh. Mu’inudinillah Basri, MA., sebagai pembicara ketiga mengatakan, keluarga memiliki peran penting dalam mengamalkan Al-Qur’an.  Oleh karena itu, hal yang paling penting ialah dapat mewariskan dan menanamkan peran tersebut kepada setiap anak.

“Setiap orang tua ada batas waktu dalam menemani anak. Untuk itu, anak harus bisa mengambil spirit perjuangan guru dan orang tua,” paparnya.

Selanjutnya, ustaz Muin, mengajak kepada seluruh orang tua agar dapat memberikan pendidikan yang berkelanjutan kepada anak setelah lulus sekolah/pesantren. Hal itu diperlukan agar setiap anak tetap menjaga akidahnya agar tidak tergoda dalam perbuatan yang sia-sia, seperti mengagumi artis korea maupun kecanduan game. (RK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *